World Health Organization (WHO), salah satu organisasi PBB yang bergerak di bidang kesehatan menyebutkan, bersepeda merupakan aktivitas fisik yang murah dan cocok untuk menjaga kesehatan yang bisa dilakukan untuk tujuan kerja, sekolah, dan lainnya. Bahkan studi di Denmark pada tahun 2000 pun mengungkapkan, kegiatan bersepeda ke kantor bisa menurunkan angka kematian sampai 40 persen! Tidak usah diragukan juga kalau sepeda pun telah menjadi salah satu cabang olahraga yang terus dipertandingkan hingga ke tingkat dunia.
Beberapa pesepeda yang pernah mencoba jalur Bandung Utara (jalurnya lumayan ekstrim, baik dari derajat kemiringan maupun jalannya yang offroad) mengatakan, bahwa mereka merasakan kelelahan yang luar biasa dengan berkali-kali berhenti dan menghabiskan berbotol-botol air minum. Pegal-pegal otot pun masih dirasakan hingga berhari-hari setelahnya. Namun setelah dicoba lagi pada jalur yang sama, mereka boleh dikatakan mengalami peningkatan yang berarti. Mereka jarang berhenti, napas sudah tidak terlalu ngos-ngosan, air minum yang di botol boleh dikatakan lebih awet, dan badan pun tidak pegal-pegal setelahnya. Hasilnya, kawan-kawan yang sering bersepeda sebagai sarana olahraga boleh dikatakan jarang sakit jika dibandingkan dengan yang tidak. Bahkan ada yang mengatakan kalau ada dari mereka yang tidak pernah lagi absen.
Manfaat bersepeda bukan hanya dari segi fisik, namun juga mental. Para peneliti menyatakan bahwa aktivitas olah raga yang terbaik adalah gabungan dari olah raga beban seperti fitness dan olah raga gerak seperti bersepeda. Keseimbangan kuantitas dan kualitas dalam melakukan orah raga beban dan olah raga gerak akan menghasilkan pembakaran lemak dan di sisi lain massa otot tubuh bertambah. Tentu saja hal tersebut sangat membantu kita dalam mendapatkan bentuk badan yang ideal.
Bukti menunjukkan bahwa ditinjau dari segi fisik, bersepeda dapat menurunkan resiko kita mengidap penyakit-penyakit akibat dari hipokinetik (hipo = rendah, kinetik = gerak) seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi, diabetes, rapuh tulang, lemah dan kaku otot, serta obesitas. Setiap kali dan bila dilakukan secara teratur, bersepeda akan memperlancar peredaran darah dan membakar lemak. Penelitian menunjukkan bahwa satu jam bersepeda (21 km/jam) dapat membakar lemak hingga sebanyak 612 kalori!
Bersepeda justru dapat meningkatkan stamina tubuh. Kaki kita akan menjadi kuat karena dengan bersepeda tentu saja kita membuat orot-otot kaki, terutama quadricep dan otot calf bekerja. Kaki yang kuat akan sangat membantu kita untuk dapat bergerak ke sana kemari. Kita tidak akan mudah terpeleset ataupun terjatuh, dan jika terjatuh pun risiko kita patah tulang sangatlah kecil.
Di sisi lain, keadaan saat ini di mana tingkat polusi udara sangat tinggi, alternatif berkendara dengan menggunakan sepeda tentu saja lebih bersih dan sehat dibandingkan dengan kendaraan bermotor. Sepeda tidak menghasilkan asap maupun menimbulkan polusi udara, sehingga kita bisa bernapas dengan lebih lega.
Sebuah penelitian di Australia yang dilakukan pada tahun 2004 dan dipublikasikan dalam Health Promotion Journal of Australia menemukan fakta bahwa pengendara sepeda motor adalah penikmat gas beracun paling tinggi dibanding pengguna jalan lainnya. Sebaliknya, pengendara sepeda adalah penikmat polusi terendah meskipun pengendara sepeda menghirup udara tiga kali lebih banyak dibanding pemakai jalan lain. Praktisi kesehatan dari Victoria, Dr. Jan Garrard, menegaskan bahwa pengendara sepeda lebih mampu bertahan dari dampak buruk polusi udara disebabkan kegiatan fisik yang dilakukannya telah menaikkan sistem kekebalan tubuh.
Penelitian lain yang dilakukan University of Roskilde, Department of Environment, Technology and Social Studies Copenhagen, Denmark, juga membuahkan hasil yang serupa. Hasil pengujian terhadap pengendara sepeda dan pengendara mobil ber-AC di Copenhagen menunjukkan bahwa pengendara mobil menghirup udara beracun lebih banyak dibandingkan pengendara sepeda.
Secara mental, bersepeda dapat membahagiakan suasana hati, menekan depresi, dan menumbuhkan rasa percaya diri serta sportivitas. Bahkan bagi para wanita, bersepeda dapat mengurangi keluhan-keluhan pada masa menjelang menstruasi. Bersepeda dengan menjadikannya sebagai aktivitas sosial, yaitu bersepeda dengan orang lain dapat memberikan nilai tersendiri yang berarti dari segi kehidupan sosial kita.
Jadi, kenapa kita harus mencari sarana lain dalam berolah raga (sementara waktu kita tidak cukup atau sebenarnya lebih dari cukup) kalau kita punya sepeda menganggur di rumah?
http://aswi.multiply.com/journal/item/22/Selayang_Pandang_Bike_to_Work_B2W
Senin, 15 September 2008
Tips Bersepeda di Bulan Ramadhan
B2W di bulan Ramadhan???
Sapa takut???
Banyak diantara rekan b2w yg masih pingin ber-b2w selama puasa. Tp tdk sedikit yg ragu ber-b2w karena takut gak kuat+puasanya batal.
Setelah sekian hari ber-b2w selama puasa, ada beberapa tips yg bisa dipakai jika ingin tetap ber-b2w selama puasa :
1. Kurangi kecepatan gowes anda (5-10 km/jam). Jika sudah terbiasa silahkan ngebut lagi.
2. Berangkatlah lebih pagi agar tdk terjebak trafik shg anda tdk sering stop and go.
3. Jika anda biasa menggunakan ban pacul tdk ada salahnya untuk menukarnya dg ban hybrid.
4. Perhatikan nutrisi menu buka puasa dan sahur anda.
5. Niat.
Semoga bermanfaat, salam gowes :)
Nothing is impossible in cycling :)
Sapa takut???
Banyak diantara rekan b2w yg masih pingin ber-b2w selama puasa. Tp tdk sedikit yg ragu ber-b2w karena takut gak kuat+puasanya batal.
Setelah sekian hari ber-b2w selama puasa, ada beberapa tips yg bisa dipakai jika ingin tetap ber-b2w selama puasa :
1. Kurangi kecepatan gowes anda (5-10 km/jam). Jika sudah terbiasa silahkan ngebut lagi.
2. Berangkatlah lebih pagi agar tdk terjebak trafik shg anda tdk sering stop and go.
3. Jika anda biasa menggunakan ban pacul tdk ada salahnya untuk menukarnya dg ban hybrid.
4. Perhatikan nutrisi menu buka puasa dan sahur anda.
5. Niat.
Semoga bermanfaat, salam gowes :)
Nothing is impossible in cycling :)
Bersepeda di Bulan Ramadhan
Alhamdulillah sudah 15 hari puasa Ramadhan terlewati.
Semoga saja kualitas ibadah puasa kita di 14-15 hari tersisa semakin meningkat.
Ketika menginjak bulan Ramadhan ada keinginan untuk ber-b2w, tp ada kegundahan di hati.
Apakah saya kuat ber-b2w pas bulan puasa ya???
Akhirnya dengan ketekatan dalam diri, niat di hati, dan semangat di dada, pada hari Selasa, 2 Ramdahan 1429 H terwujud juga b2w pertamaku di bulan Ramadhan.
Bike 2 work selama puasa???
Sapa takuuuttt.....???
Awalnya saya ber-b2w dengan santai. Angka speedometer berkisar di 20-an km/jam, sesekali mencapai 25 km/jam. Setelah beberapa hari ber-b2w tanpa terasa angka speedometer sering nangkring di 25 km/jam, bahkan sesekali mencapai 30 km/jam.
Yang lebih edan lagi tgl 5 Ramadhan ada undangan berbuka puasa di rumah salah satu rekan b2w di wisma tropodo. Meeting point ditentukan di sekre b2w jln juwingan jam 16.00. Dengan keikhlasan hati untuk menghadiri undangan saudara muslim dan dengan kondisi cuaca yang masih panas, ba'da ashar saya gowes dari rumah ke sekre b2w dengan jarak 13 km. Sampe di sekre ketemu dengan teman2 b2w, lalu dilanjutkan gowes ke wisma tropodo dengan jarak 12 km dari sekre.
Alhamdulillah tidak lama setelah sampai di tempat tujuan adzan magrib berkumandang tanda berbuka puasa. Kami pun makan takjil, dilanjutkan dengan shalat magrib di masjid terdekat.
Setelah itu, dilanjutkan dengan menyantap makan utama yg sudah disediakan oleh si empunya hajat, sayur asem+lauk pauknya. Nikmat nian rasanyaaa.....
Jam 19.00 kami pamit dan pulang ke rumah masing2. Sampai dirumah tanpa sengaja melihat speedometer yg menunjukkan angka 42 km. Sebuah jarak tempuh yang cukup jauh di bulan Ramadhan.
Semoga saja kualitas ibadah puasa kita di 14-15 hari tersisa semakin meningkat.
Ketika menginjak bulan Ramadhan ada keinginan untuk ber-b2w, tp ada kegundahan di hati.
Apakah saya kuat ber-b2w pas bulan puasa ya???
Akhirnya dengan ketekatan dalam diri, niat di hati, dan semangat di dada, pada hari Selasa, 2 Ramdahan 1429 H terwujud juga b2w pertamaku di bulan Ramadhan.
Bike 2 work selama puasa???
Sapa takuuuttt.....???
Awalnya saya ber-b2w dengan santai. Angka speedometer berkisar di 20-an km/jam, sesekali mencapai 25 km/jam. Setelah beberapa hari ber-b2w tanpa terasa angka speedometer sering nangkring di 25 km/jam, bahkan sesekali mencapai 30 km/jam.
Yang lebih edan lagi tgl 5 Ramadhan ada undangan berbuka puasa di rumah salah satu rekan b2w di wisma tropodo. Meeting point ditentukan di sekre b2w jln juwingan jam 16.00. Dengan keikhlasan hati untuk menghadiri undangan saudara muslim dan dengan kondisi cuaca yang masih panas, ba'da ashar saya gowes dari rumah ke sekre b2w dengan jarak 13 km. Sampe di sekre ketemu dengan teman2 b2w, lalu dilanjutkan gowes ke wisma tropodo dengan jarak 12 km dari sekre.
Alhamdulillah tidak lama setelah sampai di tempat tujuan adzan magrib berkumandang tanda berbuka puasa. Kami pun makan takjil, dilanjutkan dengan shalat magrib di masjid terdekat.
Setelah itu, dilanjutkan dengan menyantap makan utama yg sudah disediakan oleh si empunya hajat, sayur asem+lauk pauknya. Nikmat nian rasanyaaa.....
Jam 19.00 kami pamit dan pulang ke rumah masing2. Sampai dirumah tanpa sengaja melihat speedometer yg menunjukkan angka 42 km. Sebuah jarak tempuh yang cukup jauh di bulan Ramadhan.
Sepeda Pertama (Mosso Turmoil Pro Rakitan)
Setelah sekian lama browsing dan tanya sana sini akhirnya tgl 17 Juni 2008 jadi juga sepeda yang diimpikan. Mosso Turmil Pro nama rangkanya, putih bersih warnanya, dengan spek sbb :
- Frame : Mosso Turmoil Pro
- Groupset : Shimano Alivio
- Fork : RST Gila T8
- Seatpost : Kalloy
- Stem+handle bar : Zoom (tp skrg dah diganti Kalloy)
- Saddle : Selle Royal Energy
- Haddle Grip : Velo
- Rim : Rigida Pace 36H
- Spokes : Shimano Stainless Black
- Tire : Cheng Shin 26x1,95 (tp skrg dah diganti ukuran 26x1,38)
- Pedal : Exustar EPM 090
- Computer : Cateye Enduro 8
- Lightning : Rear (Topeak), Front (FSH)
Sudah 2 bulan si mosso kugunakan untuk ber-b2w dan sesekali offroad.
Pertama kali dipakai offroad lsng memberikan kesan yg mendalam, yaitu ban bocor :D hehehe...

Sekarang terbesit keinginan untuk membangun lagi sebuah sepeda yang khusus digunakan untuk offroad dengan spek yg lebih tinggi tentunya.
Semoga saja bisa terwujud. Amiiinnn.....
- Frame : Mosso Turmoil Pro
- Groupset : Shimano Alivio
- Fork : RST Gila T8
- Seatpost : Kalloy
- Stem+handle bar : Zoom (tp skrg dah diganti Kalloy)
- Saddle : Selle Royal Energy
- Haddle Grip : Velo
- Rim : Rigida Pace 36H
- Spokes : Shimano Stainless Black
- Tire : Cheng Shin 26x1,95 (tp skrg dah diganti ukuran 26x1,38)
- Pedal : Exustar EPM 090
- Computer : Cateye Enduro 8
- Lightning : Rear (Topeak), Front (FSH)
Sudah 2 bulan si mosso kugunakan untuk ber-b2w dan sesekali offroad.
Pertama kali dipakai offroad lsng memberikan kesan yg mendalam, yaitu ban bocor :D hehehe...
Sekarang terbesit keinginan untuk membangun lagi sebuah sepeda yang khusus digunakan untuk offroad dengan spek yg lebih tinggi tentunya.
Semoga saja bisa terwujud. Amiiinnn.....
Saleh dan Sepeda
Beruntung, saya pernah mengenal tiga orang saleh yang juga pesepeda.
Ketiganya tinggal di daerah yang berbeda, sikap dan pandangan agamis
mereka berbeda, dan jenis kesalehan mereka pun berbeda.
Saleh pertama di Kampung Sawah, orang Betawi campuran Arab. Ia saleh,
semata karena namanya. Orang menyukainya karena ia aktif siskamling
dengan bersepeda onthel meskipun bukan pada malam gilirannya. Ia
selalu cekatan memberi senyum kepada setiap orang yang dijumpainya.
Alasannya : "senyum itu sedekah, pahala sekaligus ibadah".
"Saya suka naik sepeda karena dengan sepeda saya bisa lebih sehat dan
membumi bergaul dengan orang-orang bersahaja," katanya kepada saya
waktu gowes bareng di jalan suatu hari.
Walaupun lebih sering sendiri ia bersepeda kemana-mana, tapi
kesederhanaan dan keriangannya selalu ia bawa terus dan ia tularkan
kepada pesepeda siapapun yang ditemuinya.
Orang kedua, Haji Soleh Hoedoyo, orang Jawa, terpandang dan makmur
hidupnya. Tapi ia juga saleh dalam arti sebenarnya. Kepada anak kecil,
ia sayang. Hobinya mengusap kepala bocah-bocah yang selalu berisik
pada saat shalat tarawih berlangsung. Usapan itu dimaksudkan agar
anak-anak tak lagi bikin gaduh. Tapi bocah tetap bocah. Biar seribu
kali kepala diusap, ribut tetap jalan.
"Ramai itu baik saja," katanya sabar, ketika orang-orang lain mulai
gusar. "Karena ramai tanda kehidupan," katanya lagi. "Lagipula, kita
harus bisa shalat khusyuk dalam keramaian itu." Mungkin ia benar.
Buktinya ia betah berjam-jam zikir di masjid sampai kepalanya
terangguk-angguk. Makanya agak sulit menemui orang Jawa ini karena
ibadahnya di masjid begitu padat.
Hobinyapun tergolong unik untuk orang sesaleh dia, berolahraga sepeda
gunung. Pernah saya berdiskusi dengan beliau di suatu acara bersepeda.
Katanya,"Hidup itu bagaikan naik sepeda, kita harus pandai-pandai
menjaga keseimbangan untuk maju terus. Kadang ada di atas, kadang di
bawah persis putaran pedal sepeda, serupa dengan siklus kehidupan."
Lanjutnya lagi," keseimbangannya adalah antara rohani dan duniawi.
Untuk mendapatkan sedikit bagian dunia, kita rela menghabiskan seluruh
waktu kita. Mengapa kita keberatan menggunakan beberapa jam sehari
buat hidup kekal abadi di surga?"
Sepedanyapun tergolong mutakhir dan selalu mengikuti perkembangan
teknologi terbaru. Di kalangan pesepeda gunung, ia disegani karena
ke-haji-annya dan komentar-komentarnya yang panjang lebar mengenai apa
saja walau terkadang kedengarannya subyektif, kurang peka dan menggurui.
Para tetanggapun menaruh hormat padanya. Banyak pula yang
menjadikannya panutan dan idola. Namun, ia pun punya kekurangan.
Pertama kalau dalam salat jamaah tak ditunjuk menjadi imam, ia
tersinggung. Kedua, kalau orang tak sering "sowan" ke rumahnya, ia
tidak suka karena ia menganggap orang itu telah mengingkari
eksistensinya sebagai orang yang ada di "depan".
Apakah ia dengan demikian aktif di masjid karena ingin menjadi tokoh ?
Hanya Tuhan dan ia yang tahu.
Saya membandingkannya dengan orang saleh yang ketiga. Ia juga haji,
pedagang kecil, petani kecil dan imam di sebuah masjid kecil. Namanya
bukan Saleh melainkan Sanip. Haji Sanip, orang Betawi asli.
Sehari-hari selalu naik sepeda seadanya kalau pergi ke pasar ataupun
sawah. 2 anaknya, laki-laki dan perempuan disuruhnya setiap hari naik
sepeda ke sekolah, sambil sesekali ia kawal. "Biar menggelinding
belajar lebih merakyat, sabar dan rendah hati," katanya lagi. Meskipun
anak-anaknya selalu merengek minta dibelikan motor, tak sekalipun ia
gubris.
"Punya sepeda itu kan fungsinya sebagai alat transportasi dan juga
sebagai penunjang kesehatan. Ya buat apa sih, sepeda pake gaya
model-model segala, yang menarik perhatian orang, tapi nggak pernah
dipake ?" katanya menjelaskan waktu berbincang-bincang dengan saya.
Meskipun ibadahnya di masjid tak seperti Haji Soleh, kita bisa
merasakan kehangatan imannya. Waktu saya tanya, mengapa shalatnya
sebentar dan doanya begitu pendek, cuma melulu istighfar (mohon ampun)
? Ia bilang bahwa ia tidak ingin minta aneh-aneh. Ia malu kepada Allah.
"Bukankah Allah sendiri menyuruh kita meminta dan bukankah Ia berjanji
akan mengabulkannya ?"
"Itu betul. Tapi minta atau tidak, kondisi kita sudah dengan
sendirinya memalukan. Kita ini cuma sekeping jiwa telanjang, dari hari
ke hari meminta berkah-Nya, tanpa pernah memberi. Allah memang maha
pemberi, termasuk memberi kita rasa malu. Kalau rezeki-Nya kita makan,
mengapa rasa malu-Nya tak kita gunakan ?" katanya lagi.
Saya bergetar mendengar perkataannya dan saya merasa malu hari itu.
Seribu malaikat, nabi-nabi, para wali dan orang-orang suci – langsung
di bawah komando Allah – seperti serentak mengamini ucapan orang
Betawi ini.
"Perhatikan, banyak yang minta kepada Allah kekayaan, tambahan rezeki,
naik gaji, naik pangkat, buang jauh-jauh kemiskinan. Mereka pikir
Allah itu kepala bagian kepegawaian di kantor kita. Allah kita
puji-puji karena akan kita mintai sesuatu. Ini bukan ibadah, tapi
dagang. Mungkin bahkan pemerasan yang tak tahu malu. Allah kita
sembah, lalu kita perah rezeki dan berkah-Nya, bukannya kita sembah
karena memang kecintaan kita kepada Allah, seperti tekad Al Adawiah
itu," katanya lagi.
Napas saya sesak. Saya tatap wajah orang ini baik-baik. Wajah yang
mulai menampakkan ketuaan ini terpancar keluhuran batin dan keluhuran
iman. Kepada saya, Haji Sanip seperti menyodorkan sebuah cermin.
Tampak di sana, wajah saya retak-retak. Saya malu melihat diri
sendiri. Betapa banyak saya telah meminta selama ini, tapi betapa
sedikit saya memberi. Mental korup dalam ibadah itu, ternyata, bagian
hangat dari hidup pribadi saya juga.
(sumber : Kang Sejo Melihat Tuhan – Mohammad Sobary)
Ketiganya tinggal di daerah yang berbeda, sikap dan pandangan agamis
mereka berbeda, dan jenis kesalehan mereka pun berbeda.
Saleh pertama di Kampung Sawah, orang Betawi campuran Arab. Ia saleh,
semata karena namanya. Orang menyukainya karena ia aktif siskamling
dengan bersepeda onthel meskipun bukan pada malam gilirannya. Ia
selalu cekatan memberi senyum kepada setiap orang yang dijumpainya.
Alasannya : "senyum itu sedekah, pahala sekaligus ibadah".
"Saya suka naik sepeda karena dengan sepeda saya bisa lebih sehat dan
membumi bergaul dengan orang-orang bersahaja," katanya kepada saya
waktu gowes bareng di jalan suatu hari.
Walaupun lebih sering sendiri ia bersepeda kemana-mana, tapi
kesederhanaan dan keriangannya selalu ia bawa terus dan ia tularkan
kepada pesepeda siapapun yang ditemuinya.
Orang kedua, Haji Soleh Hoedoyo, orang Jawa, terpandang dan makmur
hidupnya. Tapi ia juga saleh dalam arti sebenarnya. Kepada anak kecil,
ia sayang. Hobinya mengusap kepala bocah-bocah yang selalu berisik
pada saat shalat tarawih berlangsung. Usapan itu dimaksudkan agar
anak-anak tak lagi bikin gaduh. Tapi bocah tetap bocah. Biar seribu
kali kepala diusap, ribut tetap jalan.
"Ramai itu baik saja," katanya sabar, ketika orang-orang lain mulai
gusar. "Karena ramai tanda kehidupan," katanya lagi. "Lagipula, kita
harus bisa shalat khusyuk dalam keramaian itu." Mungkin ia benar.
Buktinya ia betah berjam-jam zikir di masjid sampai kepalanya
terangguk-angguk. Makanya agak sulit menemui orang Jawa ini karena
ibadahnya di masjid begitu padat.
Hobinyapun tergolong unik untuk orang sesaleh dia, berolahraga sepeda
gunung. Pernah saya berdiskusi dengan beliau di suatu acara bersepeda.
Katanya,"Hidup itu bagaikan naik sepeda, kita harus pandai-pandai
menjaga keseimbangan untuk maju terus. Kadang ada di atas, kadang di
bawah persis putaran pedal sepeda, serupa dengan siklus kehidupan."
Lanjutnya lagi," keseimbangannya adalah antara rohani dan duniawi.
Untuk mendapatkan sedikit bagian dunia, kita rela menghabiskan seluruh
waktu kita. Mengapa kita keberatan menggunakan beberapa jam sehari
buat hidup kekal abadi di surga?"
Sepedanyapun tergolong mutakhir dan selalu mengikuti perkembangan
teknologi terbaru. Di kalangan pesepeda gunung, ia disegani karena
ke-haji-annya dan komentar-komentarnya yang panjang lebar mengenai apa
saja walau terkadang kedengarannya subyektif, kurang peka dan menggurui.
Para tetanggapun menaruh hormat padanya. Banyak pula yang
menjadikannya panutan dan idola. Namun, ia pun punya kekurangan.
Pertama kalau dalam salat jamaah tak ditunjuk menjadi imam, ia
tersinggung. Kedua, kalau orang tak sering "sowan" ke rumahnya, ia
tidak suka karena ia menganggap orang itu telah mengingkari
eksistensinya sebagai orang yang ada di "depan".
Apakah ia dengan demikian aktif di masjid karena ingin menjadi tokoh ?
Hanya Tuhan dan ia yang tahu.
Saya membandingkannya dengan orang saleh yang ketiga. Ia juga haji,
pedagang kecil, petani kecil dan imam di sebuah masjid kecil. Namanya
bukan Saleh melainkan Sanip. Haji Sanip, orang Betawi asli.
Sehari-hari selalu naik sepeda seadanya kalau pergi ke pasar ataupun
sawah. 2 anaknya, laki-laki dan perempuan disuruhnya setiap hari naik
sepeda ke sekolah, sambil sesekali ia kawal. "Biar menggelinding
belajar lebih merakyat, sabar dan rendah hati," katanya lagi. Meskipun
anak-anaknya selalu merengek minta dibelikan motor, tak sekalipun ia
gubris.
"Punya sepeda itu kan fungsinya sebagai alat transportasi dan juga
sebagai penunjang kesehatan. Ya buat apa sih, sepeda pake gaya
model-model segala, yang menarik perhatian orang, tapi nggak pernah
dipake ?" katanya menjelaskan waktu berbincang-bincang dengan saya.
Meskipun ibadahnya di masjid tak seperti Haji Soleh, kita bisa
merasakan kehangatan imannya. Waktu saya tanya, mengapa shalatnya
sebentar dan doanya begitu pendek, cuma melulu istighfar (mohon ampun)
? Ia bilang bahwa ia tidak ingin minta aneh-aneh. Ia malu kepada Allah.
"Bukankah Allah sendiri menyuruh kita meminta dan bukankah Ia berjanji
akan mengabulkannya ?"
"Itu betul. Tapi minta atau tidak, kondisi kita sudah dengan
sendirinya memalukan. Kita ini cuma sekeping jiwa telanjang, dari hari
ke hari meminta berkah-Nya, tanpa pernah memberi. Allah memang maha
pemberi, termasuk memberi kita rasa malu. Kalau rezeki-Nya kita makan,
mengapa rasa malu-Nya tak kita gunakan ?" katanya lagi.
Saya bergetar mendengar perkataannya dan saya merasa malu hari itu.
Seribu malaikat, nabi-nabi, para wali dan orang-orang suci – langsung
di bawah komando Allah – seperti serentak mengamini ucapan orang
Betawi ini.
"Perhatikan, banyak yang minta kepada Allah kekayaan, tambahan rezeki,
naik gaji, naik pangkat, buang jauh-jauh kemiskinan. Mereka pikir
Allah itu kepala bagian kepegawaian di kantor kita. Allah kita
puji-puji karena akan kita mintai sesuatu. Ini bukan ibadah, tapi
dagang. Mungkin bahkan pemerasan yang tak tahu malu. Allah kita
sembah, lalu kita perah rezeki dan berkah-Nya, bukannya kita sembah
karena memang kecintaan kita kepada Allah, seperti tekad Al Adawiah
itu," katanya lagi.
Napas saya sesak. Saya tatap wajah orang ini baik-baik. Wajah yang
mulai menampakkan ketuaan ini terpancar keluhuran batin dan keluhuran
iman. Kepada saya, Haji Sanip seperti menyodorkan sebuah cermin.
Tampak di sana, wajah saya retak-retak. Saya malu melihat diri
sendiri. Betapa banyak saya telah meminta selama ini, tapi betapa
sedikit saya memberi. Mental korup dalam ibadah itu, ternyata, bagian
hangat dari hidup pribadi saya juga.
(sumber : Kang Sejo Melihat Tuhan – Mohammad Sobary)
Akhirnya Nge-blog Lagi
Setelah sekian lama ndak nge-blog, akhirnya nge-blog lagi.
Coba buka pake akun googleku yg lama, ternyata salah2 melulu, dah mulai pikin kale ya...
Akhirnya bikin akun baru saja :D hehehe.....
Semoga saja isi dari blog ini bisa bermanfaat buat diri sendiri dan orang lain.
Amiiinnn.....
Coba buka pake akun googleku yg lama, ternyata salah2 melulu, dah mulai pikin kale ya...
Akhirnya bikin akun baru saja :D hehehe.....
Semoga saja isi dari blog ini bisa bermanfaat buat diri sendiri dan orang lain.
Amiiinnn.....
Langganan:
Postingan (Atom)