Selasa, 21 Oktober 2008

Kemang, 19 Oktober 2008

Kemang alias kebun mangga, itulah nama diberikan pd lokasi yg biasa dipakai offroad oleh teman-teman b2w. Minggu, 19 Oktober 2008, saya dan teman-teman b2w untuk yang kedua kalinya menjajal trek offroad di kemang. Sebenarnya klo dibilang trek offroad ya ndak pantes. Sejatinya kami bersepeda melewati jalan-jalan yang biasa dipakai oleh petani setempat. Namun krn jalannya tanah maka tidak mengapalah klo disebut trek offroad.

Minggu pagi kami kumpul, dan rombongan berangkat pukul 06.10 WIB. Ada sekitar 11 orang yang ikut bergabung untuk menjajal trek di Kemang. Sebelum mencapai Kemang kami harus menggenjot sepeda sejauh 12 km. Setelah istirahat sejenak dan menunggu salah satu rekan di G Walk Ciputra, perjalan kami lanjutkan menuju Kemang. Dalam perjalanan tak jarang kami harus berhenti dan menuntun sepeda dikarenakan rute yang tidak mendukung.

Sekitar 45 menit kami menjelajah di Kemang. Alhamdulillah tidak ada halangan yang berarti, hanya ada salah seorang rekan yang terjatuh+kakinya luka. Dalam perjalan pulang pun ada salah saerang rekan yang terjatuh, tp Alhamdulillah tidak sampai terluka. Akhirnya saya sampai rumah jam 10.00. Perjalan ke Kemang kali ini tidak hanya memberi kesan offroad, tp juga memberi kesan pada kulit saya karena ternyata kulit saya jadi gosong dan belang-belang :D hehehehe.........

Rabu, 08 Oktober 2008

Hujan Pertama, 8 Oktober 2008

Setelah sekian lama mengalami musaim kemarau, kemarin, 8 Oktober 2008, Surabaya merasakan hujan pertama. Hujan kemarin sore-malam juga menjadi indikator masuknya musim penghujan di Surabaya. Dalam beberapa tahun terakhir surabaya sering mengalami pengunduran waktu penghujan dan percepatan musim kemarau. Jika kota-kota lain sudah hujan, Surabaya baru merasakan hujan 1 bulan kemudian. Sebaliknya dengan musim kemarau, ketika kota-kota lain masih mengalamai musim penghujan, Surabaya sudah panas terlebih dahulu.

Dari hasil pemantauan dan korespondensi, ternyata hujan juga turun di beberapa kota di Jawa dan Bali. Hal ini seakan mengindikasikan bahwa hujan kemarin merupakan pembuka musim penghujan di Jawa dan Bali, bahkan di Indonesia. Bagi petani, hal ini tentu saja merupakan kabar gembira sekaligus berduka. Petani bergembira karena mereka bisa berladang lagi tanpa khawatir akan pasokan air untuk irigasi. Petani juga berduka, karena takut terjadi curah hujan yang terlalu tinggi sehingga menyebabkan mereka gagal panen.

Kabar masuknya musim penghujan juga dikhawatirkan oleh sodara-sodara di Bali sebab tanggal 18-24 Oktober 2008 ada perhelatan Asian Beach Games di Bali. Musim penghujan diharapkan tidak menggangu perhelatan akbar yang pertama kalinya diadakan di dunia. Semoga saja masuknya musim penghujan di Bali tidak menggangu rencana saya untuk berliburan di Bali pada bulan depan :D hehehehehe...............


Semoga masuknya musim penghujan ini bisa memberi rahmat dan berkah bagi kita semua.
Amiiinnn.....

Selasa, 07 Oktober 2008

Jangan Pernah Lagi Bertanya.....

Jodoh serasa ringan diucap, tapi rumit dalam realita.
Kebanyakan orang ketika berbicara soal jodoh selalu
bertolak dari sebuah gambaran ideal tentang kehidupan
rumah tangga. Otomatis dia lalu berpikir serius
tentang kriteria calon idaman. Nah, di sinilah segala
sedu-sedan pembicaraan soal jodoh itu berawal. Pada
mulanya, kriteria calon hanya menjadi ‘bagian
masalah’, namun kemudian justru menjadi inti
permasalahan itu sendiri.

Di sini orang berlomba mengajukan “standardisasi”
calon: wajah rupawan, berpendidikan tinggi, wawasan
luas, orang tua kaya, profesi mapan, latar belakang
keluarga harmonis, dan tentu saja kualitas keshalihan.

Ketika ditanya, haruskah seideal itu? Jawabnya ringan,
“Apa salahnya? Ikhtiar tidak apa, kan?” Memang, ada
juga jawaban lain, “Saya tidak pernah menuntut. Yang
penting bagi saya calon yang shalih saja.” Sayangnya,
jawaban itu diucapkan ketika gurat-gurat keriput mulai
menghiasi wajah. Dulu ketika masih fresh, sekadar
senyum pun mahal.

Tidak ada satu pun dalih, bahwa peluang jodoh lebih
cepat didapatkan oleh mereka yang memiliki sifat
superior (serbaunggul). Memperhitungkan kriteria calon
memang sesuai sunnah, namun kriteria tidak pernah
menjadi penentu sulit atau mudahnya orang menikah.Pengalaman riil di lapangan kerap kali
menjungkirbalikkan prasangka-prasangka kita selama
ini.

Jodoh, jika direnungkan, sebenarnya lebih bergantung
pada kedewasaan kita. Banyak orang merintih pilu,
menghiba dalam doa, memohon kemurahan Allah, sekaligus
menuntut keadilan-Nya. Namun prestasi terbaik mereka
hanya sebatas menuntut, tidak tampak bukti kesungguhan
untuk menjemput kehidupan rumah tangga.

Mereka bayangkan kehidupan rumah tangga itu indah,
bahkan lebih indah dari film-film picisan ala bintang
India, Sahrukh Khan. Mereka tidak memandang bahwa
kehidupan keluarga adalah arena perjuangan, penuh liku
dan ujian, dibutuhkan napas kesabaran panjang, kadang
kegetiran mampir susul-menyusul. Mereka hanya siap
menjadi raja atau ratu, tidak pernah menyiapkan diri
untuk berletih-letih membina keluarga.

Kehidupan keluarga tidak berbeda dengan kehidupan
individu, hanya dalam soal ujian dan beban jauh lebih
berat. Jika seseorang masih single, lalu dibuai
penyakit malas dan manja, kehidupan keluarga macam apa
yang dia impikan?

Pendidikan, lingkungan, dan media membesarkan generasi
muda kita menjadi manusia-manusia yang rapuh. Mereka
sangat pakar dalam memahami sebuah gambar kehidupan
yang ideal, namun lemah nyali ketika didesak untuk
meraih keidealan itu dengan pengorbanan. Jika harus
ideal, mereka menuntut orang lain yang menyediakannya.
Adapun mereka cukup ongkang-ongkang kaki. Kesulitan
itu pada akhirnya kita ciptakan sendiri, bukan dari
siapa pun.

Bagaimana mungkin Allah akan memberi nikmat jodoh,
jika kita tidak pernah siap untuk itu? “Tidaklah Allah
membebani seseorang melainkan sekadar sesuai
kesanggupannya.” (QS Al Baqarah, 286). Di balik
fenomena “telat nikah” sebenarnya ada bukti-bukti
kasih sayang Allah SWT.

Ketika sifat kedewasaan telah menjadi jiwa, jodoh itu
akan datang tanpa harus dirintihkan. Kala itu hati
seseorang telah bulat utuh, siap menerima realita
kehidupan rumah tangga, manis atau getirnya, dengan
lapang dada.

Jangan pernah lagi bertanya, mana jodohku? Namun
bertanyalah, sudah dewasakah aku?


http://cure-style.blog.friendster.com/2007/03/jangan-pernah-lagi-bertanya/

Senin, 06 Oktober 2008

Selepas Mudik, Kerja Lagi

Setelah 9 hari libur lebaran, akhirnya tgl 6 Oktober gw kerja lagi. Selama mudik kemarin ternyata masih sama seperti mudik2 tahun sebelumnya, ke rumah sodara2 untuk bersilaturahmi dan jalanan yang padat dan merayap. Jalanan yang padat selama mudik membuat banyak pemudik memutar otak mencari jalan alternatif, termasuk gw :D hehehe.....

Biasanya gw dari klaten ke ponorogo lewat ngawi, tp karena jalan dari ngawi ke ponorogo ada yang diperbaiki akhirnya gw mutusin lewat wonogiri. Selepas sukoharjo, jalanan mulai meliuk2 naik turun, tipe jalanan yang gw suka. Akhirnya gw geber dah mobil naik turun meliuk2, tapi sayangnya gak bisa maksimal ngegebernya soalnya jalanan lumayan rame. Ada beberapa titik yang menurut gw asik dan ternyata keluarga gw juga demen :D hehehe.....

Pas pulang ke surabaya pun begitu. By pass mojokerto ditutup karena arus lalu lintas ke jombang yang padat. Akhirnya gw diarahkan lewat mojokerto kota. Wah, macet banget tapi untungnya gak macet total. Perjalanan ponorogo-surabaya yang biasanya cm 4 jam jadi 6 jam.

Kemarin, gw masuk kantor lagi. Kerja hari kemarin dimulai silaturahmi dengan seluruh pegawai dan manajemen. Load pekerjaan ndak begitu banyak sehingga banyak rekan kerja yang masuk cuma 1/2 hari. Hari pertama kerja gw naik mobil, tp besok gw mau bike 2 work lagi aaahhhh.....